Ecoprint adalah salah satu jenis kain batik yang proses pembuatannya menggunakan pewarna alami dari bunga, daun, akar maupun batang tumbuhan. Untuk pembuatannya sendiri yaitu dengan menata bahan-bahan alami tersebut pada selembar kain, kemudian digulung dan dikukus. Prinsip pembuatannya yaitu menempelkan langsung antara daun, bunga, batang atau bagian tumbuhan lain yang mengandung pigment warna pada kain dengan serat alami.

Ecoprint sendiri terdapat dua teknik pembuatan yang cukup dikenal, yaitu teknik iron blanket dan teknik pounding. Dalam pembuatan ecoprint dengan teknik iron blanket, langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu mordanting (membersihkan kain dari kotoran) sama seperti mencuci pakain pada umumnya. Selanjutnya siapkan bahan alami bunga dan dedaunan yang akan ditempelkan pada kain, bahan alami tersebut direndam pada laruta cuka untuk mengeluarkan zat warna pada dedaunan dan bunga dengan maksimal. Setelah itu, betangkan kain yang sudah melewati proses mordanting dan tempelkan dedaunan sesuai kreativitas. Kemudian gulung dengan selang ataupun pipa lalu diikat dengan tali. Tahap terakhir, kukus kain selama 2 jam.

Dalam pembuatan teknik pounding terdapat perbedaan dengan teknik iron blanket. Perbedaannya terletak pada proses dan cara pewarnaan kain, yaitu untuk mengeluarkan pigment warna pada Teknik pounding dengan cara memukul dedaunan yang diletakkan pada kain dengan menggunakan palu, sedangkan pada Teknik iron blanket untuk mengelurkan pigment warna dengan cara menggulung bahan. Perbedaan selanjutnya yaitu pada Teknik iron blanket, pengeringan dilakukan dengan mengukus gulungan kain selama 2 jam, sedangkan proses pengeringan pada Teknik pounding dilakukan dengan mengangin-anginkan kain.

Karena dibuat dengan bahan-bahan alami, motif dan warna yang dihasilkan biasanya akan berbeda-beda meskipun menggunakan jenis tumbuhan yang sama. Motif yang dihasilkan pada kaibpun akan memiliki karakteristik sendiri-sendiri tergantung pada jenis tumbuhan dan tata letak daun pada saat ditempelkan.

Tumbuhan yang biasanya sering digunakan untuk proses pembuatan ecoprint biasanya daun jati, eucalyptus, daun jambu, daun papaya, daun kelor, daun pakis, bunga Sepatu, bougenville, dan sebagainya. Untuk mengetahui apakan tumbuhan tersebut dapat digunakan menjadi pewarna alami untuk ecoprint atau tidak yaitu kita dapat mengujinya terlebih dahulu. Warna, aroma dan kandungan air juga sangat mempengaruhi keberhasilan proses ecoprint.

Hal yang dapat dilakukan yaitu :

1. Tumbuhan yang memiliki aroma cukup tajan dapat menjadi salah satu indikasi bahwa tumbuhan tersebut bisa digunakan menjadi pewarna alami.
2. Jika tumbuhan meninggalkan noda pada saat digosokan pada kain, maka tumbuhan tersebut juga potensial untuk digunakan menjadi pewarna alami.
3. Jika dedaunan direndam pada air panas selama 10 menit dan air panas tersebut berubah warna, maka dedaunan tersebut juga dapat digunakan menjadi pewarna alami.

Tidak semua jenis kain yang bisa digunakan dalam proses pembuatan ecoprint. Hanya kain yang terbuat dari serat alam yang bisa digunakan, karena bahan tersebut dapat menyerap warna alami tumbuhan pada serat kain dengan baik. Beberapa jenis seat alami yang bisa digunakan yaitu serat linen (dari tumbuhan rami), serat kapas (dari biji tanaman ordo malvales), dan serat sutra (dari larva ulat sutra murbei). Untuk jenis kainnya yaitu kain blacu, kain mori, kain katun sari, kain sutra, dan katun.

Secara umum ecoprint biasanya hanya diaplikasikan pada selembar kain saja. Namun untuk meningkatkan harga jual biasanya hasil dari pembuatan kain ecoprint dikreasikan menjadi berbagai macam kerajinan seperti pakaian, scarf, tas, sepatu, pashmina, dan berbagai macam lenan rumah tangga.

Itu tadi sekilas tentang Ecoprint. Semoga bermanfaat! jika kamu tertarik untuk belajar kreasi dari bahan Ecoprint, kamu bisa ambil kelas custom di Elmodista loh. Yuk, daftar kelas di Elmodista!