PERKEMBANGAN DEPARTEMEN STORE DI INDONESIA

Pertumbuhan bisnis department store memang tidak sepesat bisnis ritel lainnya seperti hypermarket dan minimarket yang menjual produk makanan dan sebagainya. Department store merupakan ritel yang menjual produk komoditi fashion termasuk pakaian, tas, sepatu, akesoris, perabotan rumah tangga yang ditata menjadi bagian-bagian (department) dengan sistem pembelian secara swalayan. Luas department store bervariasi dari 600 m2 sampai 40.000 m2 seperti Sarinah dan Pasar Raya, namun kebanyakan department store besarnya berkisar antara 1.000 – 4.000 m2.

Industri ini berkembang pertama kali di Jakarta pada tahun 1962 dengan nama Sarinah. Munculnya Sarinah mengilhami toko-toko yang menjadi cikal bakal beberapa pemain besar lokal seperti Matahari dan Ramayana. Menyusul kemudian sejumlah department store asing masuk ke Indonesia seperti Sogo, Metro, Debenhams dan sebagainya.    

Meski mengalami pertumbuhan di bidang perekonomian, namun peningkatan jumlah department store tidak sebanyak peritel hypermarket, supermarket maupun minimarket. Saat ini jumlah department store tercatat hanya 300 gerai.

Jumlah gerai dan penyebaran

Pertumbuhan department store relatif tidak terlalu tinggi, sebab mereka juga harus bersaing secara tidak langsung dengan hypermarket. Hal ini dikarenakan sebagian besar konsumen melakukan perubahan alokasi belanja dari produk fashion, sepatu, asesoris, perlengkapan rumah tangga menjadi kebutuhan sehari-hari.

Menurut Aprindo, hingga pertengahan 2011 jumlah department store tercatat sekitar 300 gerai. Pertumbuhan ini relatif kecil dibandingkan dengan  pertumbuhan gerai  ritel hypermarket maupun minimarket yang dapat bertambah hingga ratusan gerai setiap tahunnya. 

Sementara itu penyebaran lokasi department store masih didominasi di wilayah Jabodetabek, selebihnya di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah gerai department store di pulau Jawa mencapai 50% dari seluruh gerai department store secara nasional.

Gerai-gerai baru dibuka berbarengan dengan pertumbuhan pusat perbelanjaan di sejumlah wilayah. Pembukaan dilakukan di kota-kota yang dianggap potensial yang cenderung mengarah ke luar pulau Jawa yang kelihatannya sudah cukup jenuh. Namun sebaliknya, sejumlah department store terpaksa menutup gerainya karena tidak efisien.

Wilayah Jawa sendiri masih menyisakan ruang untuk berkembang (terutama di daerah) karena ekspansi dalam rangka kepemimpinan pasar tidak bisa dilakukan lagi di Jakarta yang tingkat persaingannya sudah sangat tinggi. Hal ini mendorong tumbuhnya para pemain di daerah dengan skala lokal di kota-kota menengah seperti Yogyakarta, Semarang, Tegal, Purwokerto, Malang, dsb juga mulai bermunculan. Mereka menggaet kelompok menengah di kota-kota tersebut dan mulai sedikit mengambil pangsa toko dan pasar tradisional. Selain faktor kejenuhan di kota besar, hal ini juga terkait dengan perubahan pola kehidupan masyarakat kota menengah yang menginginkan konsep belanja yang lebih modern.

Salah satu pemain industri ini, misalnya PT. Mitra Adi Perkasa Tbk menutup gerai Sogo di Plaza Indonesia pada 2007, berkaitan dengan pembukaan gerai Seibu di lokasi yang berdekatan yaitu di Grand Indonesia. Sehingga tak terjadi persaingan diantara satu grup.

Sementara PT. Rimo Catur Lestari Tbk langsung menutup 2 gerainya di Makassar dan Bogor karena merugi.

Pemain besar

PT. Matahari Department Store Tbk

Didirikan pada tahun 1958 dengan gerai pertama di Pasar Baru, Jakarta dan dibesarkan oleh Hari Darmawan. Kemudian semakin bekembang besar dan dikelola oleh PT Matahari Putra Prima Tbk (PT MPP). Namun dalam perjalanannya PT MPP lebih fokus pada bisnis ritel hypermarket dan supermarket melalui Hypermart dan Foodmart. Pada  2010 PT. MPP  menjual divisi department store kepada CVC Capital Partners dari Luxemburg, kemudian  namanya berubah menjadi PT. Pacific Utama Tbk, kemudian berubah lagi menjadi PT. Matahari Department Store Tbk. (PT. MDS). CVC Capital Partners memiliki pengalaman mengelola bisnis retail di Debenhams, department store dari Inggris.

Kemudian CVC Capital dan PT. MPP mendirikan perusahaan patungan bernama Meadow Asia Co Ltd (MAC) dengan kepemilikan saham masing-masing 80% dan 20%. Tahun 2010 MAC dan PT. MPP Tbk menandatangani perjanjian jual-beli,  dimana MAC akan membeli 90,76% saham PT MDS Tbk milik PT. MPP Tbk senilai US$ 770 juta atau sekitar Rp 7 triliun.

Pada 2011  PT MDS diakuisisi oleh PT. Meadow Indonesia  (PT. MI). Pemegang saham mayoritas PT. MI adalah Meadow Asia Co Ltd (MAC) melalui anak usahanya Asia Color Co Ltd. MAC mengakuisi 98,23% saham PT. MDS. 

Akuisisi tersebut untuk mendukung pertumbuhan Matahari Department Store sebagai industri ritel. Matahari menargetkan untuk menambah 10-12 gerai per tahun, sehingga akan betambah 150 gerai baru hingga 10-15 tahun mendatang. Saat ini Matahari sudah memiliki 99 gerai di berbagai kota besar di Indonesia.

PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk

Perusahaan ini didirikan tahun 1978 oleh pasangan suami istri Paulus Tumewu dan Tan Lee Chuan yang dalam keluarganya memiliki tradisi kuat sebagai pelaku industri retail di Sulawesi Selatan. Bersama Agus Makmur yang saat ini menjabat Presiden Direktur mereka membuka gerai yang pertama di Jalan Sabang, Jakarta Pusat dengan nama Ramayana Fashion Store. Pada awalnya Ramayana hanya menjual produk garmen dan pakaian, namun dalam perkembangannya yakni pada tahun 1985 mereka mulai menjual produk aksesoris berupa sepatu dan tas.

Pada tahun 1989, Ramayana telah menjadi jaringan retail dengan 13 outlet dan memperluas produk yang dijualnya ke kebutuhan rumah tangga, mainan, stationary, hingga makanan tradisional kering. Hingga kini, Ramayana Department Store memiliki 103 outlet yang tersebar di Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur.

Ramayana melakukan listing di Bursa Efek Jakarta pada 24 Juli 1996. Hingga 31 Januari 2007 mayoritas saham dimiliki oleh PT. Ramayana Makmur Sentosa sebesar 58 persen dan sisanya publik.

Hingga saat ini Ramayana telah mengoperasikan 103 gerai department store di seluruh Indonesia. Ramayana memiliki dua unit bisnis yakni department store dan supermarket. Penjualan masih lebih besar disumbang oleh unit department store yaitu rata-rata sekitar 73 persen. Ramayana membidik segmen menengah ke bawah sebagai target pasarnya. Para pelanggannya rata-rata membelanjakan Rp 50.000,- pada setiap kunjungan atau konsumen dengan pendapatan per bulan sekitar Rp 1 juta – 2 juta per bulan.

PT. Mitra Adiperkasa Tbk (MAP)

MAP didirikan pada Januari 1995 dengan modal senilai Rp 10 miliar dengan issued and paid capital sebesar Rp 4 miliar (4.000 saham) dimiliki masing-masing 20 persen oleh Sarkawi, Benny Gozali, Sintia Kolonas, Marissa Kolonas dan Muljani Gozali dan sisa modal berupa portfolio Rp 6 miliar.

Pada tahun 1996 – 1997 separuh saham Benny Gozali dan Sintia Kolonas dijual kepada Sarkawi dan separuhnya lagi dijual pada PT. Panen Lestari Internusa (PLI) sehingga kepemilikan saham menjadi 50:50 antara Sarkawi dan PLI.

Setelah mengalami tiga kali peningkatan, modal menjadi Rp. 2 triliun dan beberapa kali perpindahan kepemilikan, status per 31 Januari 2007 mayoritas dipegang oleh PT. Satya Mulia Gema Gemilang (SMGG) sebesar 51,21 persen.

SMGG adalah perusahaan yang didirikan pada 30 Juni 1997 dengan fokus bisnis di bidang :  pembangunan/ konstruksi, perdagangan, transportasi, pergudangan, pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, pertanian, pertambangan dan konsultansi. Saham SMGG dimiliki masing-masing oleh PT. Mitralestari Adiperkasa (99 persen) dan FX. Boyke Gozali (keponakan konglomerat Syamsul Nursalim) sebesar 1 persen.

Sementara itu PT. MAP Premier Indonesia didirikan pada tanggal 15 Oktober 2003 dengan menjalankan bisnis di bidang perdagangan, konstruksi, pertambangan, transportasi darat, pertanian, percetakan, dan jasa di luar perpajakan dan legal. Sahamnya dimiliki oleh SMGG sebesar 99,98 persen dan sisanya sebesar 0,02 persen dimiliki oleh FX. Boyke Gozali.

MAP bergerak dalam perdagangan umum termasuk retail dan garmen yang mendukung ritelnya. Bisnisnya terbagi menjadi department store (SOGO, Java/Lotus, Debenhams, Seibu) dan ritel khusus terbagi dalam 5 kategori yakni: Sports, Fashion & Lifestyle, Children Fashion and Toys, Food&Beverages, Others.

MAP menjual produk kelas premium. Saat ini grup ini telah memiliki hak meliputi lisensi, distribusi, ritel, dan franchise pada lebih dari 50 merek dunia dengan range menengah dan high end. MAP juga memiliki industri garmen untuk mendukung ritelnya dan memiliki pusat pelatihan modern di kawasan Pondok Indah, Jakarta.

Pada Februari 2007 MAP menutup operasi SOGO yang dikelola PT. Panen Lestari Internusa (PLI) yang merupakan anak perusahaan MAP yang berlokasi di Plaza Indonesia, Jl. MH. Thamrin, Jakarta. Hal ini terkait dengan rencana PLI membuka Seibu yaitu sebuah ritel kelas premium di Grand Indonesia, Jakarta.

Pada 2010 lalu, MAP menambah luas gerai dari 30 ribu menjadi  60 ribu meter persegi untuk pengembangan department store dan speciality store dengan investasi Rp 250 miliar. Termasuk gerai Sogo tebaru di Central Park yang mulai beroperasi pada Maret 2010.

Jumlah gerai department store milik MAP yaitu Sogo, Seibu dari Jepang Debenhams dari Inggris dan Lotus terus bertambah, hingga 2011 sudah mencapai 30 buah yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.

PT. MAP  juga mengoperasikan gerai Alun-Alun Indonesia yang khusus menjual produk lokal berupa barang antik, suvenir, batik, produk spa, fashion dari desainer Indonesia, barang seni, perhiasan, dan buku. Hingga kini, PT. MAP mengoperasikan lima gerai Alun Alun Indonesia yang berlokasi di Grand Indonesia, Sogo Bali Collection, Sogo Plaza Senayan, Sogo Central Park, dan Bandara Soekarno Hatta.

PT. Metropolitan Retailmart

PT. Metropolitan Retailmart mengoperasikan Metro department store dan bekerjasama dengan jaringan Metro Singapura. Gerai Metro yang pertama dibuka pada 1991 di Mal Pondok Indah, Jakarta Selatan  untuk melayani kebutuhan para penghuni perumahan eksklusif Pondok Indah dan sekitarnya.

Dengan keberhasilan Metro Pondok Indah, gerai kedua pun dibuka pada tahun 1995 di Plaza Senayan untuk mendekatkan METRO dengan pelanggan di daerah bisnis dan perumahan mewah di daerah pusat.

Pada 2001, gerai ketiga dibuka di Bandung, Supermal. METRO Bandung Supermal juga membawa pengalaman berbelanja penduduk Bandung ke tingkat yang lebih tinggi. Cabang METRO juga kembali dibuka di Jakarta, pada tahun 2002, yaitu di Mal Taman Anggrek untuk memberikan akses kepada pelanggan METRO yang tinggal di Jakarta Barat.

Penambahan gerai METRO selanjutnya dilakukan pada tahun 2008 di Pacific Place, sebuah area bisnis kelas atas di Sudirman Central Business District (SCBD). METRO Pacific Place adalah METRO dengan konsep baru yang lebih berkelas dengan menawarkan sejumlah label impor bagi pelanggan yang mencari merek impor berkelas.

Pada 2010, METRO Trans Studio Makassar dibuka di Mall Trans Studio Makassar, Sulawesi Selatan. Gerai ini merupakan yang pertama di luar Jawa. Kemudian pada 2011 gerai terbaru kembali dibuka di Gandari City, Jakarta Selatan. 

PT. Sarinah

PT. Sarinah Persero merupakan BUMN yang mengoperasikan Sarinah department store, khusus menjual aneka produk etnik khas Indonesia.  Sebanyak 95 persen dari produk yang dijual di gerai Sarinah merupakan produksi lokal yang bekerjasama dengan 600 pengusaha UKM yaitu batik, wayang, handicraft. Disamping bisnis ritel, Sarinah memiliki bisnis lain yaitu perdagangan kakao, termasuk impor minuman alkohol, pembudidayaan minyak atsiri, serta penyewaan properti.

Selain menambah gerai, Sarinah juga melakukan renovasi untuk meningkatkan daya saing. Dengan renovasi ini, luas gerai Sarinah di jl. MH Thamrin yang terdiri dari tujuh lantai akan mencapai 10.000 m2 dengan investasi sekitar Rp 1o miliar. Gerai tersebut akan menjadi yang terbesar di antara semua gerai Sarinah. Jimmy menjelaskan, luas gerai Sarinah di Malang mencapai 2.000 m2, di Batam 2.000 m2, di Yogyakarta 800 m2, dan Semarang 300 m2.

Pada 2010 lalu Sarinah membuka gerai di luar negeri bekerjasama dengan pemilik gedung Zamzam Tower di Mekkah. Nantinya akan memasarkan produk kerajinan dari Indonesia.

Pada akhir 2010 PT Sarinah Persero membuka satu gerai baru di Pejaten Village seluas 600 m2.  Pembukaan gerai baru di Pejaten Village sekaligus menambah jumlah gerai Sarinah menjadi enam gerai. Selain itu ada penambahan gerai lagi di Bali, Makassar dan Balikpapan.

Penjualan department store

Bisnis department store di Indonesia didominasi oleh beberapa pemain saja. Menurut nilai penjualannya, market share tiga department store yakni Matahari, Ramayana dan MAP (mengelola Sogo, Debenhams, Seibu, Lotus) secara  kumulatif mencapai lebih dari setengah dari industri ini.

PT. Matahari Department Store meraih penjualan sekitar Rp 15,5 triliun pada 2010 lalu. Jumlah ini naik 10% dari sebelumnya yaitu Rp 14 triliun.

PT. MAP Tbk yang memiliki Sogo, Seibu, Debenhams dan Lotus mencatat penjualan Rp 6,3 triliun, dimana sekitar 44% merupakan kontribusi dari department store yaitu sekitar Rp 2,7 triliun pada 2010. 

PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk mencatat penjualan sekitar Rp 4,25 triliun. Dari jumlah tersebut sekitar 73% adalah merupakan kontribusi dari department store sekitar Rp 2,9 triliun.

Gimana, sudah tau kan perkembangan department store di Indonesia. Semoga artikel ini menambah wawasanmu yaa …..



LEAVE A COMMENT