KAIN SASIRANGAN

Adakah disini yang tau dengan kain sasirangan ? Yup, kain sasirangan merupakan kain khas Banjarmasin. Kira-kira bagaimana yaa motif dan pemilihan warnanya ? yuk simak artikelnya di bawah ini…

Motif pada kain sasirangan pada umumnya dapat dibagi menjadi 3 kelompok yakni:

  1. Motif lajur, yaitu motif yang dirangkai secara memanjang. Contoh: hiris pudak, kulat karikit, gigi haruan, kangkung kaumbakan.
  2. Motif ceplok, yaitu motif yang tampil secara sendiri tanpa ada motif lain yang mendampingi. Contoh: tampuk manggis, hiris gagatas, atau tampuk manggis.
  3. Motif variasi, yaitu motif penghias sebagai tambahan dalam motif dalam lain yang sudah ada. Contoh: motif hiris gagatas yang diberi pinggiran agar terlihat lebih menarik.

Adapun untuk penjelasan lebih detailnya, ada di bawah ini yaa…

1. Bayam Raja dan Kambang Kacang

Ø Bayam Raja

Merupakan atribut untuk seseorang yang bermartabat dan dihormati di masyarakat. Bentuknya yakni berupa garis-garis yang melengkung patah-patah. Motif ini biasanya tersusun secara vertikal sebagai garis pembatas antara motif satu dan motif lainnya sehingga motif ini banyak digunakan dalam kain sasirangan lainnya.

Ø Kambang Kacang

Merupakan simbol sebuah keakraban.

Gambar : motif kain Sasirangan Bayam Raja dan Kambang Kacang

Sumber : www.google.com 

2. Daun Jaruju dan Tampuk Manggis

Ø Daun Jaruju

Motif ini mengandung makna sebagai penolak bala yang filosofinya karena tanaman daun jaruju ini termasuk tanaman yang berduri yang sering dimanfaatkan sebagai pengusir tikus agar tidak bisa masuk ke rumah.

 

Ø Tampuk Manggis

Motif ini diambil dari filosofi buah manggis yang memiliki makna kejujuran, dimana jumlah tampuk manggis pasti selalu sama dengan jumlah isi buah manggis tersebut. Motif ini menyiratkan makna bahwa apa yang sudah kita ucapkan haruslah sama dengan apa yang terlintas di dalam hati.

Gambar : motif kain sasirangan Daun Jaruju dan Tampuk Manggis

Sumber : www.google.com

3. Mayang Maurai dan Naga Balimbur

Ø Mayang Maurai

Berarti mayang yang terurai. Mayang itu sendiri dijadikan sebagai alat untuk acara mandi  dalam tradisi adat Banjar yang biasanya dilakukan satu hari sebelum kedua pengantin bersanding. Selain itu, mayang juga dipakai dalam acara mandi seorang wanita yang hamil 7 bulan.

Ø Naga Balimbur

Motif ini diambil dari dongeng orang Banjar yang dapat digolongkan ke dalam cerita rakyat, yakni tentang seekor naga yang sedang mandi di tengah sungai di pagi hari. Naga tersebut dengan riangnya berjemur di bawah terik sinar matahari yang hangat. Keadaan tersebut menggambarkan suasana yang gembira dan menyenangkan.

Gambar : motif kain sasirangan Mayang Maurai dan Naga Balimbur

Sumber : www.google.com

4. Ramak Sahang, Gelombang, dan Daun Katu

Ø Ramak Sahang

Motif ini terdiri dari kata “ramak” yang berarti hancur dan “sahang” yang berarti merica, sehingga ramak sahang berarti merica hancur. Bentuk motif ini hampir mirip dengan motif hiris pundak ganda akan tetapi gambarnya tidak senyawa alias terputus-putus.

  • Daun Katu

Motif ini diambil dari sejenis tanaman yang sering dijadikan sebagai sayur, yakni daun katu. Orang banjar sering menanam tanaman daun katu di pekarangan rumahnya karena bermanfaat untuk ibu menyusui.

Gambar : motif kain sasirangan Ramak Sahang dan Daun Katu

Sumber : www.google.com

5. Bintang Sudut Ampat, Lima, Tujuh, Gugusan Bintang, dan Bintang Bahambur

Ø Bintang Sudut Ampat, Lima, Tujuh/Gugusan Bintang/Bintang Bahambur

Motif ini berbentuk bintang yang ada (di langit) merupakan ciptaan-Nya dan sebagai tanda kebesaran Yang Maha Kuasa dan makna dari bahambur (berserakan) ialah kita

sebagai manusia yang kecil ini tidak akan mampu menghitung jumlah bintang sesungguhnya di seluruh alam semesta ini.

Gambar : motif kain sasirangan Bintang Sudut

Sumber : www.google.com

6. Hiris Gagatas dan Kambang Sakaki

Ø Hiris Gagatas

Motif ini disebut juga Rincung Gagatas yang berarti bungas (cantik) serta tak akan pernah bosan apabila terus dipandang.

Ø Kambang Sakaki

Motif ini melambangkan keindahan yang disimbolkan dengan sekuntum bunga. Motif ini sering dipakai pada ornamen khas Banjar seperti pada ukiran arsitektur rumah adat Banjar.

Gambar : motif kain sasirangan Hiris Gagatas dan Kambang Sakaki

Sumber : www.google.com

7. Kulat Karikit, Gigi Haruan, Hiris Pudak, dan Ular Lidi

Ø Kulat Karikit

Motif ini diambil dari tumbuhan sejenis cendawan atau jamur yang hidup menempel pada sebuah batang atau dahan pohon yang disebut kulat. Walaupun hidupnya dengan menumpang di tumbuhan lain, akan tetapi kulat ini tidak sedikit pun merugikan tumbuhan yang ditumpanginya layaknya parasit seperti benalu.Kulat karikit hidup secara mandiri dengan mencari makan sendiri. Maka diambil sebuah makna filosofi dari cara hidup kulat tersebut bahwa hidup haruslah mandiri, tahan menderita, dan jangan pernah merugikan orang lain walau sedikit pun.

Ø Gigi Haruan

Motif ini diambil dari ikan yang merupakan makanan kegemaran orang Banjar yaitu Haruan atau Gabus. Ikan haruan berwarna hitam dengan gigi-gigi runcing dan tajam. Dari gigi haruan tersebutlah diambil filosofi kehidupan yang bermakna ketajaman berpikir.

Ø Hiris Pudak

Motif Hiris Pudak merupakan sebutan orang Banjar untuk tanaman pandan yang sering ditanam di pekarang rumah layaknya tanaman daun katu. Pandan sering digunakan sebagai pengharum ketika memasak nasi.

Ø Ular Lidi

Motif ini diambil dari dongeng orang Banjar dan dianggap sebagai simbol kecerdikan. Motif ini berfilosofi ular lidi yang kecil dan gagah merupakan hewan yang cerdik dan  berbisa. Bentuk motif ini mirip hiris pudak, berganda dan tidak patah-patah, akan tetapi melengkung vertikal serta bervariasi.

Gambar : motif kain sasirangan Kulat Karikit, Gigi Haruan, Hiris Pudak, dan Ular Lidi

Sumber : www.google.com

8. Kangkung Kaumbakan dan Ombak Sinampur Karang

Ø Kangkung Kaumbakan

Motif sasirangan Kangkung Kaumbakan berarti kangkung yang terkena ombak. Motif ini memiliki filosofi bahwa kangkung yang merupakan salah satu tanaman air yang menjalar apabila ia terkena gelombang ombak air, batangnya tidak akan putus. Makna filosofinya yakni tahan terhadap cobaan serta ujian dalam kehidupan.

Ø Ombak Sinampur Karang

Motif sasirangan Ombak Sinampur Karang berarti ombak yang menerjang karang. Ombak disini dikiaskan sebagai gelombang perjuangan hidup manusia.

Gambar : motif kain sasirangan Kangkung Kaumbakan dan Ombak Sinampur Karang

Sumber : www.google.com

  • Warna Kain Sasirangan

Dahulu, pewarnaan kain sasirangan sesuai dengan maksud atau tujuan pembuatannya. Salah satunya yaitu sebagai pelengkap terapi penyembuhan penyakit tertentu yang diderita seseorang. Berikut adalah arti dari warna sasirangan:

  1. Warna kuning merupakan tanda yang menyimbolkan bahwa penggunannya     sedang dalam proses penyembuhan untuk mengobati penyakit kuning (dalam bahasa Banjar: kana wisa)
  2. Warna hijau menyimbolkan bahwa penggunanya sedang dalam proses penyembuhan penyakit lumpuh/stroke
  3. Warna ungu ialah simbol bahwa penggunanya sedang menjalani proses penyembuhan penyakit sakit perut (disentri, kolera, atau diare)
  4. Warna merah merupakan simbol yang menandakan bahwa pemakainya sedang menjalani proses penyembuhan penyakit sakit kepala dan insomnia/sulit tidur
  5. Warna hitam merupakan simbol bahwa penggunanya dalam proses mengobati penyakit kulit gatal-gatal dan demam
  6. Warna coklat merupakan simbol yang menandakan pemakainya sedang menjalani proses pengobatan penyakit tekanan jiwa atau stres.

Pewarnaan kain sasirangan zaman dulu dilakukan dengan memberikan zat pewarna yang terbuat dari bahan dari alami seperti dari daun, buah, biji, umbi tanaman atau kulit.  Adapun warna utama pada sasirangan tersebut di atas dibuat dari zat pewarna alami, yaitu:


1.Kuning: dari temulawak atau kunyit
2. Hijau: dari jahe atau daun pudak
3. Ungu: dari biji buah ramania (gandaria)
4. Merah: dari buah mengkudu, lombok merah, gambir, atau kesumba (sonokeling).
5. Hitam: dari uar atau kabuau
6. Coklat: dari kulit buah rambutan atau uar.

Gimana, sudah tau kan tentang motif dan pemilihan warna kain Sasirangan. Semoga bermanfaat…..



LEAVE A COMMENT