KAIN GRINGSING

Kain Gringsing adalah kain tradisional khas Bali Aga yang mengandung nilai budaya yang sangat tinggi serta penuh dengan nilai sejarah. Kain Gringsing adalah satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik dobel ikat dan memerlukan waktu yang cukup lama antara 2 sampai 5 tahun,karena warna – warna yang dipakai berasal dari tumbuh-tumbuhan dan memerlukan perlakuan khusus. Hal itu yang membuat harga kain ini termasuk mahal, dan hanya diproduksi di desa Tenganan saja. Dalam seni menenun Gringsing dikenal 2 macam benang, benang vertikal (Lusi) dan horizontal (Pakan). Kedua benang tersebut harus ditenun agar dapat terbentuk motif yang sudah direncanakan. Pembuatan kain Gringsing dari awal hingga akhir dikerjakan dengan menggunakan tangan dengan alat tradisional.

Benang yang biasa dipakai diperoleh dari biji kapuk. Sedangkan warna yang digunakan dalam pembuatan kain hanya menggunakan tiga warna atau tridatu. Adapun bahan-bahan warna alami dan tenun Gringsing itu adalah sebagai berikut:

Warna merah terbuat dari “babakan” (kelopak pohon) Kepundung putih dicampur dengan akar pohon Sunti.

Warna kuning terbuat dari minyak buah kemiri yang sudah berumur lama, kira-kira 1 tahun dicampur dengan air serbuk/abu kayu kemiri.

Warna hitam terbuat dari pohon Taum.

Ragam Jenis Tenun Gringsing yang masih sering digunakan saat ini hanya ada beberapa, yaitu:


1) Gringsing Lubeng
Motifnya bernama Lubeng yang berisi kalajengking yang ukurannya memiliki panjang dengan 3 bunga berbentuk kalajengking. Adapun macam dari kain Gringsing Lubeng antara lain : Gringsing Lubeng Petang Dasa dan Gringsing Lubeng Pat Likur. Kain ini berfungsi  busana adat dan upacara keagamaan.

Gambar : Geringsing Lubeng

Sumber : www.google.com

2. Gringsing Sanan Empeg
Dipakai untuk upacara keagamaan dan adat, yaitu sebagai pelengkap sesajian bagi masyarakat Tenganan Pegeringsingan. Sedangkan bagi masyarakat Bali di luar desa Tenganan dipakai untuk penutup bantal/alas kepala orang melaksanakan upacara potong gigi. Ciri khas dari kain ini  adalah adanya tiga bentuk kotak-kotak/poleng berwarna merah dan hitam. 

Gambar : Geringsing Sanan Empeg

Sumber : www.google.com

3) Gringsing Cecempakan
memiliki motif  bunga cempaka. Adapun jenisnya antara lain : Gringsing Cecempakan Petang Dasa (ukuran empat puluh). Gringsing Cecempakan Putri, Gringsing Cecempakan Pat Likur (ukuran 24 benang). Kain ini biasanya dipakai untuk busana adat dan upacara agama.

4) Gringsing Cemplong.
Motif Gringsing Cemplong adalah bunga-bunga besar diantara bunga-bunga kecil seolah-olah ada lubang diantara bunga itu dan menjadi kelihatan cemplong. Jenisnya : ukuran Pat Likur (24 benang), senteng/anteng (busana di pinggang wanita), sedangkan ukuran Petang Dasa (40 benang) sudah hampir punah. Kain ini berfungsi sebagai busana adat dan upacara agama.

Gambar : Geringsing Cemplong

Sumber : www.google.com 

5) Gringsing Isi
Gringsing Isi memiliki motif penuh dan tidak ada bagian kain yang kosong. Gringsing Isi berfungi untuk sarana upacara saja.

6) Gringsing Wayang.
Motifnya ada dua yaitu Gringsing Wayang Kebo dan Gringsing Wayang Putri.Fungsi dan ukuran kedua kain ini sama yaitu untuk selendang, yang berbeda adalah motifnya. Pada Gringsing Wayang Kebo teledunya (Kalajengkingnya) bergandengan sedangkan pada Gringsing Wayang Putri lepas .

7) Gringsing Batun Tuung.
Memiliki motif penuh dengan biji-biji terong dan ukurannya pun tidak besar. Gringsing Batun Tuung dipakai sebagai selendang untuk wanita dan ikat pinggang untuk pria.

Semoga bermanfaat…

Sumber:

https://iendro.blogspot.com/2012/10/kain-gringsing-tenganan.html


LEAVE A COMMENT